pada suatu siang

siang ini adalah siang yang sama ketika aku sedang berjalan di tepian sabana negeri fatamorgana.

aku hanya berjalan tanpa arah, mencari sesuatu yang aku pun tak tahu apa yang ku cari.

aku berjalan, dan terus berjalan, sampai aku tiba di ujung sabana ini.

di seberang sana ku lihat sebuah negeri seperti yang dulu pernah ku tinggali.

negeri impian yang terlihat begitu indah, yang membuatku tergerak untuk melangkah ke sana.

namun negeri itu dipisahkan oleh sebuah jurang dari tempatku berdiri sekarang. ya, jurang yang dalam, yang dasarnya tak bisa kulihat.

ada sebuah jembatan tergantung di sana.

jembatan menuju negeri impian yang menurut legenda hanya bisa diseberangi apabila kau menukarkannya dengan separuh nyawamu.

aku tahu kalau negeri itu hanya fatamorgana, aku ingin berbalik saja dan mengacuhkannya.

namun langkahku terhenti ketika ku dengar sebagian diriku berbisik, "mungkin saja ada satu tempat di negeri fatamorgana ini yang bukan imajinasi, jika kau cukup yakin, kau sedang melihatnya sekarang".

sialnya, aku mendengarkan bisikan itu.

tanpa pikir panjang, aku mulai berjalan menyeberanginya.

aku berjalan, dan terus sampai ke ujungnya.

aku berdiri di ujung jembatan, dan aku sudah benar-benar nyaris sampai.

tapi ketika tinggal selangkah lagi, aku sadar.

negeri itu perlahan mulai menghilang dari pandanganku.

saat itu juga aku tahu kalau aku tak perlu menyelesaikan langkahku.

aku seharusnya sudah tahu wujud sebenarnya tempat yang ku pikir negeri impian itu, bahwa semua yang ada di negeri fatamorgana ini memang hanya imajinasi. tidak akan pernah menjadi nyata.

aku telah menukarkan separuh nyawaku hanya demi sebuah jembatan yang sebenarnya tak perlu untuk ku seberangi. sebuah kehilangan yang seharusnya bisa ku hindari seandainya saja aku mengabaikan bisikan itu.

terlalu mahal, dan terlalu tidak sebanding dengan apa yang ku bayarkan hanya untuk meyakinkan diriku bahwa itu hanyalah sebuah fatamorgana.

aku sudah tahu, tapi aku tetap ingin tahu. terlalu ingin tahu.

***



..."manusia manakah, yang pernah kehilangan kesempatan dalam hidupnya, dapat menolak godaan untuk menyeberangi sebuah jembatan yang mungkin sekali lagi bisa menghubungkannya dengan kesempatan yang pernah dihilangkannya itu?"...